Halaman

Selasa, 29 Oktober 2013

Shalat yang Memi’rajkan dan Menentramkan Hati


Mi’raj artinya naik menuju Allah. Hati yang mi’raj maksudnya hati yang fokus (tertuju) kepada Allah. Ada ucapan yang terkenal di kalangan ulama sufi:
الصلاة معراج المومنين
Artinya:
Shalat itu mi’raj (naiknya hati)  orang-orang beriman.
Sepanjang yang saya tahu, ayat-ayat Al-Qur`an dan Hadis tentang shalat lebih banyak menuntun gerak hati dari pada gerak pisik. Hanya saja dalam kajian fiqh ibadah, gerak hati kurang menjadi kajian. Sebagaimana lazimnya, fiqh lebih banyak mengkaji yang zhahir dari pada yang bathin. Itulah sebabnya, para sufi menyebut fiqh sebagai ilmu zhahiriyah. Di samping itu fiqh disajikan untuk umat Islam dalam segala tingkatan. Realitasnya, pengkajian tentang gerak hati dipandang oleh sebagian ulama hanya bisa diikuti oleh segmen tertentu dari umat Islam, katakanlah mereka yang secara relatif telah memiliki pengetahuan fiqh ibadah yang memadai. Pada hal, gerak hati dimaksud sebenarnya bisa dilakukan tanpa harus mengawalinya dengan pengkajian teoritis. Oleh karena itu siapa pun dari umat Islam bisa mengalami mi’raj hati dimaksud.
Dalam Al-Qur`an surat surat Thaha/20: 14, Allah berfirman:
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Artinya:
Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada tuhan kecuali Aku, maka sembahlah Aku, dan dirikanlah shalat untuk mengingatku.
Ayat ini berisi perintah, “dan dirikanlah Shalat untuk mengingat-Ku”. Shalat adalah untuk mengingat Allah, dan ketika shalat seseorang harus berusaha melepaskan ingatan kepada selain Allah. Bahkan Allah melarang kita menghampiri shalat jika kita sedang hilang kesadaran (mabuk), hingga kita sadar apa yang kita ucapkan. Dengan demikian, kesadaran orang yang shalat dengan zikir dan do’a yang diucapkannya pada saat shalat menjadi syarat batini dalam melaksanakan shalat. Allah berfirman dalam surat  An-Nisa`/4: 43 sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu lakukan shalat jika kamu dalam keadaan mabuk hingga kamu sadar apa yang kamu ucapkan.
Selanjutnya, dalam surat Al-A’raf/7: 205, Allah berfirman:
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِين
Artinya:
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.
Ayat yang senada sebagai mana firman Allah dalam surat Al-A’raf/7: 55:
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِين
Artinya:
Berdoalah kepada Tuhan-mu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Ayat di atas menuntun agar menyebut nama Allah dalam hati dengan berendah diri di hadapan Allah dan perasaan takut akan ke-Maha Perkasaan-Nya, azab dan siksa-Nya, dan dengan suara yang lemah lembut. Allah juga mengingatkan kita agar tidak termasuk orang yang lalai. Ketika shalat, hati kita sangat mungkin terdinding oleh kelalaian. Dinding kelalaian itu misalnya angan-angan duniawiyah, atau masalah duniawiyah. Setiap kali dinding kelalaian ini muncul, maka kita harus segera membuangnya, dan mengembalikan ingatan dan kesadaran kita kembali kepada Allah. Di akhir shalat, kita pun dituntun oleh Rasulullah mengucapkan zikir: Astaghfirullahal azhim. Zikir ini kita ucapkan sebagai permohonan ampun kita kepada Allah, karena dalam shalat seharusnya ingatan dan kesadaran kita fokus kepada Allah, tetapi sering kali ingatan itu tertuju kepada yang lain. Semoga Allah mengampuni kita.
Dalam suatu hadis, Nabi kita mengatakan betapa banyak orang yang shalat, lalu ia tidak mendapatkan apa pun dari shalatnya kecuali penat dan letih. Nabi kita juga pernah menyuruh seorang sahabat untuk mengulangi shalatnya, karena Nabi melihat bahwa sahabat tersebut tidak mengerjakannya dengan sungguh-sungguh.
Shalat yang dikerjakan dengan benar-benar mengingat Allah, berendah diri, perasaan takut kepada-Nya, ucapan yang lemah lembut dan berkesan, mengenyahkan dinding-dinding kelalaian akan memi’rajkan hati seorang hamba kepada Allah, maka Allah pun akan menurunkan sakinah (ketenangan) ke dalam hati hamba-Nya. Firman Allah dalam surat al-Fath/48 ayat 4:
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمً
Artinya:
Dialah yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang yang beriman agar  iman mereka bertambah kuat di samping iman mereka (yang sekarang). Kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Kemudian dalam surat Ar-Ra’d/13: 27-28, Allah berfirman:
…قُلْ إِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ (27) الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوب ( 28)
Artinya:
Katakanlah,“Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Ia kehendaki dan menunjuki orang yang bertobat kepada-Nya.(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.
Wallahu a’lam.
(Referensi utama tulisan ini: Al-Ghazali, Ihya` ‘Ulumiddin, Juz III).

sumber : http://anharnst.wordpress.com/2011/05/21/shalat-yang-memirajkan-dan-menentramkan-hati/

Orang-orang yang Merugi Saat Ramadhan Pergi

Ramadhan telah menemani kita sebulan penuh. Tiba saatnya dia pergi. Walau berat, kita pun harus rela berpisah dengannya. Padahal, di bulan itu banyak kebaikan, rahmat, dan keberkahan yang ditawarkan. Di dalamnya, hamba Allah yang beriman, memiliki kesempatan besar mengejar ketertinggalan pahala pada hari-hari sebelumnya. Ia pun bisa mengubur dosa-dosa dan kesalahannya di hari-hari lalu. Bahkan, ada Lailatul Qadar, di mana satu malam lebih mulia dari seribu bulan. Amal kebaikan di dalamnya nilainya lebih baik daripada amal serupa dikerjakan selama seribu bulan yang tak ada Lailatul Qadar di dalamnya. Subhanallah, anugerah besar bagi kaum mukminin. Namun, ternyata tak semua orang Islam bisa menyukurinya. Juga tak semua bisa sabar menahan diri dari kesibukannya terhadap dunia dan aktifitas dosa-dosa, guna mengisinya dengan meningkatkan ibadah, shaum, shalat, tilawah, sedekah dan lainnya. Sehingga saat Ramadhan pergi ia menjadi manusia yang merugi. Kenapa bisa? Karena ia tak mampu memetik pahala dan memanen ganjaran yang berlimpah. Bahkan kesalahan-kesalahannya tak juga dihapuskan, sedangkan dosa-dosanya belum jua diampuni.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah naik ke atas mimbar. Lalu beliau mengucapkan Amiin sebanyak tiga kali. Sebagian sahabat bertanya, "Engaku mengaminkan apa?" Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memberikan jawabannya, salah satunya:


وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
"Amat merugi/hina seseorang yang Ramadhan masuk padanya kemudian Ramadhan pergi sebelum diampuni dosanya." (HR. al-Tirmidzi, Ahmad, al-Baihaqi, al-Thabrani, dan dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jaami', no. 3510)

Awas Bahaya Ramalan Modern

Berbeda dengan zaman dahulu ramalan dilakukan tanpa teknologi, sekarang aktivitas ramal meramal dilakukan dengan bantuan teknologi. Salah satunya menggunakan teknologi internet dan telepon genggam, seperti SMS reg spasi jodoh, reg spasi rezeki, dan lain-lain.
Apapun bentuknya, ramalan termasuk perbuatan syirik dan merupakan dosa besar. Hal ini sudah ditegaskan dalam Al-Qur'an:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang selain syirik itu bagi siapa saja yang Ia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah (syirik), maka sungguh ia telah melakukan dosa yang sangat besar" (An-Nisa' 48)
Mengingat betapa berbahayanya syirik, maka hendaknya kita menghindarkan diri dari perbuatan dosa ini. Adapun bagi yang sudah bergelimang dosa syirik, jangan putus asa karena masih ada jalan untuk memperbaiki diri dan hendaklah bertaubat sesegera mungkin.
"Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang" (Al-Baqarah 160).
Bagi siapa saja yang telah melakukan hal-hal yang berhubungan dengan syirik hendaknya segeralah menghentikan perbuatannya. Segera bertaubat dan melakukan perbaikan, supaya Allah memberikan ampunan-Nya. [voa-islam.com]

11 Jalan Agar Rizki Diberkahi


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Dia semata. Yang jika menghendaki sesuatu tak ada yang bisa menghalangi-Nya. Di tangan-Nya kekuasaan yang sempurna. Tak ada seorangpun yang menyamainya.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,  keluarga dan para sahabatnya serta umatnya yang berpegang teguh dengan syariat-Nya.
Kehidupan umat manusia, secara materi, sekarang sudah mencapi tarap yang sangat hebat. Manusia merasakan berbagai kenikmatan hidup dan melihat berbagai macam keindahan hasil karya mereka. Walau demikian, dalam kehidupan yang maju secara meteri ini, bukan berarti mereka lebih bahagia dibanding orang-orang yang hidup sebelum mereka. Bukan berarti mereka lebih bisa menikmati hidup, lebih merasa aman, dan lapang dada. Apa sebab semua itu? Karena mereka kehilangan sesuatu yang sangat berharga dan paling penting, yang menjadi inti dari hidup ini, yaitu barakah. Apa manfaat usaha yang kosong dari barakah? Umur yang kosong dari barakah? Ilmu yang tak bermanfaat? Makanan dan minuman yang tidak menjadi daging dan tidak menghilangkan lapar?
Sesungguhnya berkah/barakah bukan dengan banyaknya harta ataupun kedudukan terhormat, tidak pula dengan anak atau ilmu pengetahuan yang bersifat duniawi. Tetapi berkah itu adalah sesuatu yang dirasakan oleh jiwa berupa pikiran yang jernih, hati yang damai dan tentram, hidup yang bahagia, gembira, dan merasa cukup dengan pembagian Allah, dan menerima semua takdir-Nya.
Sementara umur yang berkah adalah umur yang dihabiskan untuk mengerjakan kebaikan-kebaikan dan amal shalih. Adapun ilmu yang berkah adalah ilmu yang bermanfaat untuk orang lain, diajarkan, diamalkan, dan disampaikan kepada yang lain.

Masalah Pendidikan di Indonesia

Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.  
            Apa jadinya bila pembangunan di Indonesia tidak dibarengi dengan pembangunan di bidang pendidikan?. Walaupun pembangunan fisiknya baik, tetapi apa gunanya bila moral bangsa terpuruk. Jika hal tersebut terjadi, bidang ekonomi akan bermasalah, karena tiap orang akan korupsi. Sehingga lambat laun akan datang hari dimana negara dan bangsa ini hancur. Oleh karena itu, untuk pencegahannya, pendidikan harus dijadikan salah satu prioritas dalam pembangunan negeri ini.
            Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan UU Pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.

Kemiskinan

 

Kemiskinan memang adalah pekerjaan besar bagi pemerintah kita, tapi pekerjaan itu tidak pernah di prioritaskan untuk mengurangi angka kemiskinan, berbagi cara telah di lakukan tapi malah tidak dapat mengurus permasalahan ini.
Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai hal antara lain rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya.
Berbagai upaya tersebut telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin dari 54,2 juta (40.1%) pada tahun 1976 menjadi 22,5 juta (11.3%) pada tahun 1996. Namun, dengan terjadinya krisis ekonomi sejak Juli 1997 dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami pada Desember 2004 membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, yaitu melemahnya kegiatan ekonomi, memburuknya pelayanan kesehatan dan pendidikan, memburuknya kondisi sarana umum sehingga mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk miskin menjadi 47,9 juta (23.4%) pada tahun 1999. Kemudian pada 5 tahun terakhir terlihat penurunan tingkat kemiskinan secara terus menerus dan perlahan-lahan sampai mencapai 36,1 juta (16.7%) di tahun 2004.
Pemecahan masalah kemiskinan memerlukan langkah-langkah dan program yang dirancang secara khusus dan terpadu oleh pemerintah dan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.